Meester Cornelis: Jejak Kolonial yang Tetap Hidup di Stasiun Jatinegara

PORTAL INFOKOM – Di tengah hiruk-pikuk ibu kota yang terus bergerak maju, terdapat sebuah bangunan tua yang menyimpan banyak kisah masa lalu — Stasiun Jatinegara. Dahulu dikenal dengan nama Stasiun Meester Cornelis, stasiun ini bukan hanya sekadar titik transit, melainkan juga saksi bisu sejarah panjang Jakarta dari era kolonial hingga kini.

Didirikan pada tahun 1909 oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api Hindia Belanda, stasiun ini merupakan salah satu yang tertua di Jakarta. Nama “Meester Cornelis” diambil dari tokoh Belanda, Cornelis Senen, seorang pemilik tanah luas di kawasan tersebut pada abad ke-17. Nama itu kemudian menjadi ikon, tidak hanya dalam catatan sejarah, tapi juga dalam memori kolektif warga Jakarta lama yang hingga kini masih kerap menyebut stasiun ini sebagai “Meester.”

Secara arsitektur, Stasiun Jatinegara adalah permata kolonial. Bangunan aslinya menampilkan gaya Eropa klasik: atap limasan curam, jendela-jendela tinggi, dan ornamen elegan yang menunjukkan perpaduan kekuatan dan keindahan arsitektur Belanda. Pada masa awalnya, stasiun ini dikelilingi oleh tanah lapang dan pepohonan hijau, sangat kontras dengan pemandangan urban padat seperti sekarang.

Setelah kemerdekaan Indonesia, nama Meester Cornelis diubah menjadi Jatinegara — bagian dari upaya nasional untuk mendekolonisasi toponimi. Meski begitu, jejak sejarah tak pernah benar-benar menghilang. Bangunan asli stasiun masih berdiri tegak di antara gedung-gedung modern dan jalur kereta layang, menjadi pengingat masa lalu yang tak tergantikan.

Tak hanya itu, cerita-cerita unik pun menyelimuti stasiun ini. Konon, tempat ini pernah menjadi lokasi syuting film-film klasik dan dianggap angker oleh sebagian warga, mungkin karena aura mistis dari usianya yang sudah lebih dari satu abad.

Kini, Stasiun Jatinegara menjadi simpul penting dalam jaringan perkeretaapian Jakarta. Ia melayani KRL Commuter Line, kereta jarak jauh, dan menjadi titik transit vital bagi ribuan penumpang setiap harinya. Namun, di balik fungsinya yang modern, stasiun ini tetap menyimpan pesona masa lalu yang tak lekang oleh waktu.

Stasiun Jatinegara adalah bukti bahwa modernisasi tidak selalu berarti menghapus sejarah. Sebaliknya, sejarah bisa hidup berdampingan dengan kemajuan — memberi kedalaman, makna, dan identitas bagi kota sebesar Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *